Danau Bersejarah
Di saat aku menatap indahnya danau yang berada di lokasi Pesantren Hidayatullah pusat Balikpapan, tiba-tiba aku teringat cerita-cerita para Ustadz senior yang hidup pada zaman perkaderan atau lebih dikenal masa-masa TC, oleh almarhum Ustadz Abdullah Said, di era tahun 70 -90-an.
Selain mendapatkan cerita dari para ustadz senior saya pribadi dan para santri senantiasa membacakan kisah-kisahnya yang ditulis di buku mencetak kader, di mana buku tersebut wajib dibaca dan didengarkan oleh semua pengurus dan santri setia selesai wirid shalat ashar.
Banyak para Ustadz senior menceritakan bahwa, pada zaman awal-awal dirintisnya Hidayatullah, para Ustadz senior ini setiap hari digembleng untuk menggali empang, setiap hari tanpa kenal lelah, menu makanan istimewanya adalah "ikan berjilbab putih" atau ikan asin yang dibubuhi tepung.
Mereka sampai tidak lagi terlalu memikirkan ataupun mencemaskan lagi bagaimana masa depan mereka kelak, karena yang ada dalam hati dan pikirannya saat itu adalah "samina waatho'na" atau dengar dan taat perintah sang guru atau pimpinan.
Ternyata, di balik gemblengan menggali Empang tersebut ada sebuah pesan tersirat yang diajarkan oleh Ustadz Abdul Said yaitu dalam rangka pengikisan togho' atau pengikisani kesombongan yang ada dalam diri kita.
Karena buah ketaatannya kepada perintah sang guru tersebut, kini kita bisa melihat dan mengakui bahwa para ustadz yang menggali Empang tersebut saat ini sudah menjadi para pembesar dan orang-orang yang berpengaruh di manapun beliau-beliau ditugaskan.
Komentar
Posting Komentar